Saya terpaksa harus menulis masalah Tarombo Sagala Raja ini sebagai perbaikan dari Tarombo Sagala Raja yang di muat dalam Tarombo Batak ni Sagala Raja
Sudah beberapa kali saya sarankan agar di perbaiki oleh penulis web tersebut, namun sampai detik ini tulisan tersebut belum mengalami revisi.
Terlepas dari kisah yang dimuat dalam tulisan tersebut, dan saya tidak ingin mengkomentari hal itu, namun yang menjadi persoalan adalah keturunan dari Ompu Sagala Raja.
Keturunan Sagala Raja dikelompokkan berdasarkan nama Kampung / Huta yang ditempati.
Dalam web tersebut ditulis :
Molo hita Pinoppar ni Oppungta ‘Sagala Raja’ ondo nahuboto, alai atik sala Au dihatorangan kon , marsiajar ajaran hita ateh… :
I. HUTA RUAR , dohot
II. HUTA BAGAS Sian “HUTA RUAR” :
1. Ruma Pittu
2. Lumban Parik
3. Huta Balian
4. Simangariring
5. Huta Urat
6. Galungan
7. Parbumbunan
1. Ruma Pittu
2. Lumban Parik
3. Huta Balian
4. Simangariring
5. Huta Urat
6. Galungan
7. Parbumbunan
Sian “HUTA BAGAS” :
1. Tuan Mula Huta Uruk
2. Sahapu Bosi Hutagas Toruan
3. Ompu Rahab Tuan Sapiri
4. Batu Anduhur
1. Tuan Mula Huta Uruk
2. Sahapu Bosi Hutagas Toruan
3. Ompu Rahab Tuan Sapiri
4. Batu Anduhur
Yang perlu di perbaiki dari tulisan tersebut adalah urut-urutanya.
Sagala Raja memiliki 3 orang anak yaitu:
I. HUTA RUAR
- Lumban Parik
- Ruma Pintu
- Simangariring-Galungan
- Parbunbunan
II. HUTA BAGAS
- Tuan Mula Huta
- Tuan Sapiri
- Ampangarahap
- Batu Anduhur --- Anakna Pandeninggala membuka huta yg bernama Huta Balian
III. HUTA URAT
- Raja Oloan
- Raja Rinsan
- Tetap memakai nama kampungnya yaitu HUTA URAT.
Marga Sagala memiliki keunikan tersendiri dari marga-marga lain dalam hal partuturon / kekerabatan. Jika marga-marga dari daerah Toba, Humbang, Silindung, menggunakan nomor, maka Marga Sagala tidak pernah memakai nomor jika berjumpa/berkenalan sesama marga Sagala.
Panggilan terhadap sesama Marga Sagala berdasarkan Kelahiran, artinya Yang lebih dahulu lahir, itulah yang menjadi si ABANGAN. Dalam Tradisi marga Sagala Umurlah yang menjadi patokan dalam hal Panjouon /Pemanggilan.
Selain itu juga, jika berjumpa/berkenalan sesama marga Sagala, dipantangkan untuk menanyakan SAGALA apa, karena hal itu mengindikasikan adanya pengkotak-kotakan terhadap marga Sagala dan bertentangan dengan tradisi dalam Marga Sagala, namun ada cara yang lebih sopan untuk kita bisa mengetahui kenalan kita sesama marga Sagala yaitu dengan menanyakan nama Kampungnya.
Misalnya saya berkenalan dengan seseorang yang bermarga Sagala, bisa saja saya atau kenalan saya tersebut yang bertanya dengan pertanyaan
" Didia ma huta ta di hitaan?"
Maka saya akan menjawab di Huta Urat ( karena saya penulis adalah Pomparan Ompu Sagala Raja Huta Urat ) do Abang/Amang tua/Amang uda ( jika yang bertanya diatas umur saya ), namun jika saya merasa bahwa yang bertanya selevel atau lebih muda maka saya akan menjawab dengan sebutan ampara (baca: appara ) sebelum mengetahui siapa yang lebih tua/muda umurnya.Dengan pertanyaan yang demikian, maka kita dapat mengetahui bahwa yang menetap di kampung itu adalah Pinompar ni Ompu Sagala Raja Huta Ruar,Huta Bagas, atau Huta Urat.
Demikian sepenggal tarombo dan partuturon Marga Sagala. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik terutama dari Pomparan Ompu Sagala Raja untuk membenahi tulisan ini.
HORAS ... HORAS ... HORAS ...