Selasa, 18 Februari 2014

BELAJAR AKSARA BATAK TOBA

Kali ini saya akan mencoba menulis tentang aksara batak toba...
Ta mulai ma ate dongan!!!

Semula aksara Batak hanya dipahami dan dimengerti oleh kalangan yang sangat terbatas saja yaitu para ahli mejik (magic) dan pengobatan (datu atau guru). Jadi pustaha pada umumnya ditulis para datu. Kelompok pemimpin agama (parbaringin dan parmalim) juga memahaminya tetapi hanya menulis hal-hal tata cara keagamaan saja, karena mereka sama sekali bukan datu dan tidak mencampuri urusan mejik. Pustaha isinya kebanyakan memuat tentang kedukunan, obat-obatan, dan peramalan (nujum). Ini yang dituliskan. Jadi dalam pustaha tidak ditemukan mengenai silsilah (tarombo), kesusasteraan, pantun, syair (turi-turian, umpama/umpasa) yang adalah diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.

Aksara asli sesungguhnya semakin melenceng dalam buku-buku yang ditulis para penulis belakangan ini. Sehingga kita akan kesulitan membaca teks asli Pustaha kalau bersandar pada penulis kita belakangan ini, yang hanya bermodal semangat tanpa rujukan yang memadai. Tetapi bagaimanapun harus dihargai. Cuma saatnya sekarang untuk dikoreksi agar tidak semakin berlarut-larut. 

Sebenarnya itu semula terjadi karena banyaknya versi-versi tulisan Batak diantaranya dibuat oleh :
1. Herman Neubronner van der Tuuk, seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda, yang   
    menerbitkan buku “Tentang Tulisan dan Pengucapan Bahasa Toba” (Overschrift en 
    Uitspraak der Tobasche Taal, 1855). Jadi sebelum datangnya Nommensen.
2. Versi Percetakan Zending Jerman sejak 1873, yang berpijak pada versi van der Tuuk,  
     menterjemahkan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama dalam aksara Batak
3. Versi Percetakan Landsdrukkerij sejak 1885 mencetak buku-buku pelajaran sekolah
4. Versi “Surat Pustaha” buatan pemerintah kita, yang semakin jauh dari bentuk asli.

Kita tidak akan membahas versi-versi diatas lebih jauh karena kita disini mau belajar dari versi asli yang tertulis dalam naskah asli Pustaha.
Ada 5 varian aksara Batak yaitu Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola/Mandailing dan Toba yang menunjukkan banyak kemiripan satu dan lainnya. Disini dibuat pedoman praktis menulis Batak Toba saja.

Aksara Batak dibagi dua :
Ina ni surat dan anak ni surat. Biasanya urutannya diketahui selama ini dan sering dipakai di sekolah adalah a-ha-na-ra-ta-ba-wa-i-ma-nga-la-pa-sa-da-ga-ja. Urutan ini mudah untuk diingat dalam bentuk kalimat “aha na rata baoa i mangalapa sada gaja” yang artinya “apa yang hijau lelaki itu memotong seekor gajah”. Tetapi sesungguhnya urutan ini adalah ciptaan baru dan tidak memiliki landasan tradisional.

INA NI SURAT
























ANAK NI SURAT
Semua ina ni surat berakhir dengan bunyi /a/. Bunyi ini dapat diubah dengan menambah nilai fonetisnya. Pengubah ini disebut diakritik. Diakritik dalam anak ni surat sebagai berikut :
1.Bunyi /e/ (pepet/keras) disebut ‘hatadingan’,
dengan menambah garis kecil disebelah kiri atas ina ni surat, contoh :



2.Bunyi /ng/ disebut ‘paminggil’, dengan menambah garis kecil disebelah kanan atas ina ni surat, contoh :









3.Bunyi /u/ disebut ‘haborotan disebelah bawah ina ni surat, contoh :









4.Bunyi /i/ disebut ‘hauluan’ bentuk lingkaran kecil setelah ina ni surat, contoh:









5.Bunyi /o/ disebut ‘sihora’ atau ‘siala’ berupa tanda kali setelah ina ni surat, contoh:









6.Tanda mati untuk menghilangkan bunyi /a/ pada ina ni surat disebut ‘pangolat’, contoh:


Untuk mengakhiri sebuah bab atau bagian tulisan biasanya ada ditemukan lambang
Aksara Batak tidak mengenal tanda titik dan angka.











Suku kata KVK
Perlu diingat pada suku kata tertutup dengan urutan Konsonan-Vokal-Konsonan (KVK), maka anak ni surat yang menandakan vokal diletakkan diantara vokal kedua dengan tanda mati (pangolat).

Contoh:
GOK 




MOKMOK 




Huruf /a/ a sebagai penopang vokal
Huruf Batak hanya mengenal dua ina ni surat sebagai penopang vocal yakni /i/ dan /u/, sehingga huruf a dipakai juga untuk huruf /e/ dan /o/ pada awal suku kata. Maka ae dibaca /e/ dan ao dibaca /o/ 
Contoh :









Huruf /i/ dan /u/
Kedua aksara ini hanya dipakai pada awal suku kata terbuka.

Contoh : ulu dan ingot 
Vokal ganda (diftong) /w/ dan /y/
Meski fonem /w/ dan /y/ tidak terdapat dalam bahasa Toba, tetapi dalam naskah pustaha tidak jarang ditemukan penggunaannya huruf y /y/ dan w /wa/ untuk menyambung dua vokal, misalnya



Perhatikan penulisan dibawah ini:











Sumber :
S.Simatupang 2006, Koreksi atas Penulisan Aksara Batak Toba
Uli Kozok, 1999, Warisan Leluhur-Sastra Lama dan Aksara Batak, KPG
Uli Kozok, 2000, The Seal of the last Singamangaraja, Indonesia and the Malay World, Vol 28 No 82, Carfax Publishing



AKU BANGGA JADI ORANG BATAK
HALAK BATAK DO AHU

HORASBANGSO BATAK

 

3 komentar:

  1. horas
    saya punya injil cetak jerman?? apa saya bisa dibantu ??

    BalasHapus
  2. Boleh saja. Semoga saja hurufnya tertis dengan jelas..

    BalasHapus